Followers

Welcome~

Wednesday, March 28, 2012

Keluarga Bahagia..

Keluarga Bahagia Bukanlah Keluarga Tanpa Masalah

Sesungguhnya, keluarga tanpa masalah tidak pernah benar-benar ada. Suami isteri bukanlah pasangan malaikat (dan malaikat memang tidak berpasangan). Keduanya adalah manusia yang kadang berbeza karakter dan sering kali berbeza pendapat. Jarang suami isteri terlibat dalam saling menyalahkan, dan di sisi lain pula sang syaitan selalu menggoda manusia.

Keluarga bahagia bukanlah keluarga tanpa sebarang masalah, tetapi keluarga bahagia adalah keluarga yang mampu memecahkan sesuatu masalah.. Jika niat awal menikah untuk mencapai redha Ilahi, maka dalam perjalanan ketika menghadapi sesuatu masalah, penyelesaiannya pun harus berterapkan islamik..Maka seorang suami akan memandang masalah yang terjadi bukanlah bersumber dari isterinya. Demikian pula si isteri tidak mempersepsikan suaminya sebagai satu masalah..

Hal terpenting dalam menyelesaikan masalah keluarga adalah komitmen menjalankan konsep Islam. Kesalahan memahami posisi suami menjadikan sebahagian lelaki merasa memiliki otoritis tak terbatas kepada isterinya. Sementara sebagian wanita beranggapan bahawa kefeminimannya adalah permainan bagi kaum adam.. Persepsi ini membuat suami isteri susah untuk hidup dalam suasana saling menasihati dan bermusyawarah atas permasalahan yang terjadi.. Padahal diantara poin utama dalam ajaran Islam adalah semangat syura, dan musyawarah. Termasuk dalam kehidupan berkeluarga..

Dengan adanya tujuan yang sama dan referensi pemecahan masalah yang sama, kebahagiaan berkeluarga lebih mudah direalisasikan. Tujuan yang sama dengan redha Ilahi sebagai tujuan terbesar- menjadikan suami isteri mampu mengatasi segala permasalahan yang mendatang.. Sekaligus mampu meredakan tekanan yang mungkin timbul. Referensi pemecahan masalah yang sama, dengan menjadikan Al-Qur’an dan sunnah sebagai undang-undang utama, membuat suami dan istri merasakan keadilan dalam setiap keputusan dan menanggalkan ego yang memungkinkan dan mengancam utuhnya bahtera rumah tangga.

Hak ketiga untuk merealisasikan kebahagiaan adalah bersifat realistis, yakni dengan menerima kesalahan suami atau isteri yang telah terjadi dan memaafkannya setelah ia menyadari serta berkomitmen akan memperbaikinya. Saling memahami karakter pasangan kita dan latar belakangnya. Mendapati suatu hal yang menurut kita masalah, tidak serta merta memandangnya sebagai satu kesalahan. Tetapi hal pertama yang kita tanyakan adalah mengapa terjadi perkara demikian atau adakah latar belakang yang menjadi dasar sehinggakan hal itu terjadi atau mengapa pasangan kita melakukannya..

Jika kita mahu melihat kehidupan rumah tangga Rasulullah SAW, pasti kita akan mendapati perlakuan Baginda kepada isteri-isterinya sangat sesuai dengan karakter dan keadaan masing-masing para isterinya.. Aisyah yang saat itu masih muda, adalah isteri yang paling “manja”. Maka Rasulullah SAWpun menyediakan dirinya sebagai tempat bermanja. Pada saat Aisyah cemburu dan memecahkan tempat minum sewaktu Rasulullah SAWsedang bersama sahabatnya.. Rasulullah SAW tidak marah, Baginda hanya meminta maaf kepada sahabatnya jika merasa terganggu atas hal itu lantas mengatakan, “ibu kalian sedang marah.” Subhaanallah, mulia dan indahnya. Mampukah kita? 

RENUNG-RENUNGKAN~

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...